Selasa, 27 Maret 2012

Macam-macam teori kebenaran

Teori Kebenaran sebagai persesuaian (the correspondence theory of truth). Aistoteles meletakkan dasar teori bahwa mengatakan hal yang ada sebagai tidak ada, dan yang tidak ada sebagi yang ada adalah salah. Sebaliknya mengatakan hal yang ada sebagai ada dan hal yang tidak ada sebagai tidak ada adalah benar. Hal ini berati kebenaran diukur dari kesesuaian antara apa yang dikatakan atau yang diklaim sebagai sesuatu yang diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya. Kebenaran terletak pada kesesuaian anatara subjek dan objek, yaitu apa yang diketahui subjek dengan realitas sebagiaman adanya. Kebenaran ini disebut juga dengan kebenaran empiris karean kebenaran suatu pernyataan atau proposisi atau teori ditentukan apakah pernyataan, preposisi atau teori iru didukung oleh fakta atau tidak. Contoh “bumi ini bulat” adalah pernyataan yang benar karena didukung atau sesuai dengan kenyataan.
Ada beberapa hal yang perlu dicatat dalam teori ini (1) sebagai aliran empirisme yang sangat mengutamakan pengalaman dan pengamatan iderawi sebagai sumber utama pengetahuan manusia, (2) cenderung menegaskan dualitas antara subjek dan objek , antara si pengenal dan yang dikenal. Dalam dualitasnya, teori ini lebih menekankan pentingnya objek bagi kebenaran pengetahuan manusia. Subjek atau akal budi hanya mengolah lebih jauh apa yang diberikan objek, dan (3) menekankan bukti (evidence) bagi kebenaran suatu pengetahuan yang diberikan atau disodorkan oleh objek yang dapat ditangkap oleh pancaindera manusia.
Persoalan yang muncul adalah bahwa semua pernyataan, preposisi, atau hipotesis yang tidak didukung oleh bukti empiris, oleh kenyataan faktual, tidak akan
dianggap benar. Seperti “Ada Tuhan yang Mahakuas” tidak dianggap sebagai suatu kebenaran kalau tidak didukung oleh bukti empiris. Karena itu teori dianut oleh kaum empirisme Tteori kebenaran sebagai keteguhan ((the coherence theory of truth). Menurut teori ini kebenaran tidak ditemukan dalam kesesuaian antara preposisi dengan kenyataan melainkan relasi antara preposisi baru dengan preposisi yang sudah ada. Suatu pengetahuan, teori, pernyataan, preposisi, atau hipotesis dianggap benar kalau sejalan, berkaitan atau meneguhkan dan konsisten dengan preposisi sebelumnya atau lainya yang dianggap benar. Dengan perkataan lain pernyataan itu benar kalau pernyataan itu cocok dengan system pemikiran yang ada . Kebenaran sesungguhnya hanya berkaitan dengan dengan implikasi logis dari system pemikiran yang ada. Misalnya: semua manusia mati; Socrates adalah manusia; Socrates pasti mati. Kebenaran merupakan implikasi logis dari sistem pemikiran yang ada, yaitu pada preposisi sehingga kebenaran sesungguhnya sudah terkandung dalam kebenaran. Oleh karena itu kebenaran tidak ditentukan oleh apakah dalam kenyataannya Socrates mati atau tidak.
Contoh lain “Lilin akan mencair kalau dimasukkan ke dalam air yang sedang mendidih.” Kaum rasionalis akan menjawab: lilin termasuk bahan paraffin, paraffin selalui mendidih pada suhu 60 derajat celcius, sedangkan air akan mendidih kalau sudah mencapai 100 derajat celcius. Maka kesimpulan logisnya: lilin pasti dengan sendirinya akan mencair kalau dimasukkan ke dalam air yang sedang mendidih’
Ada beberapa ciri teori kebenaran sebagai keteguhan, yaitu (1) lebih menekankan kebenaran rasional-logis dan cara kerja deduktif, (2) lebih menekankan kebenaran dan pengetahuan apriori. Pembuktian atau justifikasi sama artinya dengan validasi: memperlihatkan apakah kesimpulan yang mengandung kebenaran tadi memang diperoleh secara sahih (valid) dari proposisi lain yang telah diterima sebagai benar.
Perbedaan anatar kebenaran empiris dan kebenaran logis sebagai berikut:
Kebenaran empiris Kebenaran logis
Mementingkan objek
Menghargai cara kerja induktif dan aposteriori
Lebih mengutamakan pengamatan indra Mementingkan subjek
Menghargai cara kerja deduktif dan apriori
Lebih mengutamakan penalaran akal budi
Dalam suatu proposisi atau kesimpulan bisa saja benar dari sisi logis tapi tidak benar dari segi empiris. Namun yang penting dan dibutuhkan adalah mengandung kedua kebenaran tersebut.
Teori kebenaran sebagai keteguhan dianut oleh kaum rasionalis seperti Leibniz, Sinoza, Descartes, Hegel, dan lainnya. Teori pragmatis tentang kebenaran (the pragmatic theory of truth) Teori ini dikembangkan dan dianut oleh filsuf pragmatis seperti Charles S. Peirce dan William James. Menurut teori ini, kebenaran adalah sama artinya dengan kegunaan. Sutu ide, konsep, pernyataan, atau hipotesis yang benar adalah ide yang berguna. Kriteria utama untuk menentukan suatu ide benar atau tidak adalah bagaimana ide tadi berhasil dan tepat guna. Menurut Peirce, ide yang jelas dan benar mempunyai konsekuensi praktis pada tindakan tertentu. Artinya kalau ide itu benar, maka ketika diterapkan akan berguna dan berhasil untuk memecahkan suatu persoalan dan menentukan perilaku manusia. Menurut William James, ide atau teori yang benar adalah ide atau teori yang berguna dan berfungsi untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan kita. Sebaliknya ide yang salah adalah ide yang tidak berguna atau tidak bisa berfungsi membantu kita memenuhi kebutuhan.
Kebenaran yang ditekankan kaum prakmatis adalah (1) kebenaran yang menyangkut “pengetahuan bagaimana” (know-how), (2) kebenaran pragmatis mencakup pula kebenaran empris (kesesuaian dengan kenyataan yang senyatanya benar-benar berguna bagi manusia, (3) kebenaran bearti suatu sifat yang baik. Suatu ide atau teori itu benar kalau baik bagi sesuatu. Karena itu kebenaran tidak dipisahkan dari nilai moral dan religi.
Teori performatif tentang kebenaran (the performative theory of truth) Menurut teori ini, suatu pernyataan dianggap benar kalau pernyataan itu menciptakan realitas. Suatu pernyataan yang benar bukan pernyataan yang mengungkapkan realitas tetapi justeru dengan pernyataan itu tercipta suatu realitas. Teori kebenaran ini dapat digunakan secara positif dan negatif. Secara positif, dengan pernyataan tertentu orang berusaha untuk mewujudkan apa yang dinyatakannya. Sedangkan secara negatif orang tidak berusaha untuk mewujudkan apa yang dinyatakan.

Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/2109407-macam-macam-teori-kebenaran/#ixzz1qIdD2Q1S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar