PENDAHULUAN
DI
mata sejarah, Baghdad adalah kota yang luar biasa berharga bagi umat
manusia. Sebab, tak hanya molek dan menyimpan kekayaan peradaban masa
silam, Baghdad juga menjadi saksi tingginya kebudayaan dan semangat
keilmuan yang membawa umat manusia ke era kemajuan sains dan filsafat.
Angin
kemajuan yang membawa Baghdad pada puncak keharuman reputasinya mulai
bertiup 12 abad silam di kota itu. Atmosfer haus ilmu ini muncul
terutama berkat dorongan kalangan istana ketika kekuasan Islam berada di
tangan kekhalifahan Abbasiyah.
Tak
berapa lama setelah naik tahta, Harun ar-Rasyid mendirikan Bait
al-Hikmah Bait al-Hikmah ini merupakan lembaga yang berfungsi sebagai
pusat pendidikan tinggi. Dan sejak berabad-abad lamanya, astronomi dan
matematika begitu lekat dengan umat Islam. Tak heran bila sejumlah
ilmuwan di kedua bidang tersebut bermunculan. Salah seorang di antaranya
adalah Abu Abdallah Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan Al-Battani. Ia lebih
dikenal dengan panggilan Al-Battani atau Albatenius.
Sehingga,
penting kiranya penulis sampaikan tentang al-battani yang khususnya
menelaah tentang kitab zijnya. Dan dalam keterbatasan kemampuan ini,
saran dan kritik sangat penulis harapkan.
A. BIOGRAFI AL-BATTANI
Al
Battani lahir di Battan, Harran, Suriah pada sekitar 858 M. Keluarganya
merupakan penganut sekte Sabbian yang melakukan ritual penyembahan
terhadap bintang. Namun ia tak mengikuti jejak langkah nenek moyangnya,
ia lebih memilih memeluk Islam. Ketertarikannya dengan benda-benda yang
ada di langit membuat Al Battani kemudian menekuni astronomi. Secara
informal ia mendapatkan pendidikan dari ayahnya yang juga seorang
ilmuwan, Jabir Ibn San’an Al-Battani. Keyakinan ini menguat dengan
adanya bukti kemampuan Al Battani membuat dan menggunakan sejumlah
perangkat alat astronomi seperti yang dilakukan ayahnya.[1]
Beberapa
saat kemudian, ia meninggalkan Harran menuju Raqqa yang terletak di
tepi Sungai Eufrat, di sana ia melanjutkan pendidikannya. Di kota inilah
ia melakukan beragam penelitian hingga ia menemukan berbagai penemuan
cemerlangnya. Pada saat itu, Raqqa menjadi terkenal dan mencapai
kemakmuran.
Ini
disebabkan karena kalifah Harun Al Rashid, khalifah kelima dalam
dinasti Abbasiyah, pada 14 September 786 membangun sejumlah istana di
kota tersebut. Ini merupakan penghargaan atas sejumlah penemuan yang
dihasilkan oleh penelitian yang dilakukan Al Battani. Usai pembangunan
sejumlah istana di Raqqa, kota ini menjadi pusat kegiatan baik ilmu
pengetahuan maupun perniagaan yang ramai.
B. BUAH PEMIKIRAN AL-BATTANI
Buah
pikirnya dalam bidang astronomi yang mendapatkan pengakuan dunia adalah
lamanya bumi mengelilingi matahari. Berdasarkan perhitungannya, ia
menyatakan bahwa bumi mengelilingi pusat tata surya tersebut dalam waktu
365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik. Perhitungannya mendekati
dengan perhitungan terakhir yang dianggap lebih akurat.
Itulah
hasil jerih payahnya selama 42 tahun melakukan penelitian yang diawali
pada masa mudanya di Raqqa, Suriah. Ia menemukan bahwa garis bujur
terjauh matahari mengalami peningkatan sebesar 16,47 derajat sejak
perhitungan yang dilakukan oleh Ptolemy. Ini membuahkan penemuan yang
penting mengenai gerak lengkung matahari.
Al
Battani juga menentukan secara akurat kemiringin ekliptik, panjangnya
musim, dan orbit matahari. Ia pun bahkan berhasil menemukan orbit bulan
dan planet dan menetapkan teori baru untuk menentukan sebuah kondisi
kemungkinan terlihatnya bulan baru. Ini terkait dengan pergantian dari
sebuah bulan ke bulan lainnya.
Penemuannya
mengenai garis lengkung bulan dan matahari, pada 1749 kemudian
digunakan oleh Dunthorne untuk menentukan gerak akselerasi bulan. Dalam
bidang matematika, Al Battani juga memberikan kontribusi gemilang
terutama dalam trigonometri. Ia pun menuliskan pengetahuannya di kedua
bidang itu ke dalam sejumlah buku.
Bukunya
tentang astronomi yang paling terkenal adalah Kitab Al Zij. Buku ini
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 dengan judul De Scienta Stellerum u De Numeris Stellerum et Motibus oleh Plato dari Tivoli.
Terjemahan tertua dari karyanya itu masih ada di Vatikan. Terjemahan
buku tersebut tak melulu dalam bahasa latin tetapi juga bahasa lainnya.
Terjemahan
ini keluar pada 1116 sedangkan edisi cetaknya beredar pada 1537 dan
pada 1645. Sementara terjemahan karya tersebut ke dalam bahasa Spanyol
muncul pada abad ke-13. Pada masa selanjutnya baik terjemahan karya Al
Battani dalam bahasa Latin maupun Spanyol tetap bertahan dan digunakan
secara luas.
Selain Az-Zij ada tiga buah buku penting tentang falak yang telah ditulis al-Battani, yaitu; (1) Kitab Ma’rifat Matali al-Buruj fi ma bayna Arba’ al-falak, (2) Risalah fi Tahqiq Akdar al-Ittishalat, (3) Syath al-Maqalat al-Arba’ li Batlamius.[2]
Tak
heran bila tulisannya, sangat memberikan pengaruh bagi perkembangan
ilmu pengetahuan di Eropa hingga datangnya masa Pencerahan. Dalam Fihrist,
yang dikompilasi Ibn An-Nadim pada 988, karya ini merupakan kumpulan
Muslim berpengaruh pada abad ke-10, dinyatakan bahwa Al Battani
merupakan ahli astronomi yang memberikan gambaran akurat mengenai bulan
dan matahari.
Al Battani juga menemukan sejumlah persamaan trigonometri:
Ia juga memecahkan persamaan sin x = a cos x dan menemukan rumus:
.[3]
Mulai
tahun 264 H/877 M ia mencurahkan segenap kemampuannya untuk melakukan
observasi –observasi falak dengan tekun selama masa hidupnya. Ia pernah
berkesempatan pergi ke Bagdad dalam suatu urusan bisnis. Sekembalinya
dari perjalanan tersebut, al-Battani meninggal dunia pada 317 H/928 M di
Kasr al-Jiss, sebelah timur sungai Tigris. Al-Battani bersama
Tsabit bin Qurrah merupakan generasi penerus al-Farghani dalam melakukan
observasi-observasi falak pada sebuah observatorium yang dibangun oleh
al-Ma’mun.[4]
C. MENELAAH KITAB AL-ZIJ
PEMBAGIAN LINGKARAN FALAK
PERKALIAN, AKAR DAN PEMBAGIAN
Orang-orang
dahulu membagi lingkaran falak menjadi 360 bagian, mereka berpendapat
bahwa hal tersebut tanpa alasan, yang kira-kira sejumlah bagian dari
bilangan hari-hari dalam satu tahun yang matahari melewatinya secara
penuh diatas titik yang tetap dari tempat orbitnya sampai kembali
kepadanya. Dan bahwasanya ia adalah bilangan ½, 1/3, ¼, dan seterusnya
dari pecahaan yang kurang valid / kurang benar, yang disebabkan oleh
banyaknya bilangan-bilangan. Dan mereka menempatkan matahari diatas
empat (4) titik dari falaknya yaitu 2 horizontal dan 2 vertikal, dan
tahun dibagi menjadi 4 bagian yang berbeda yaitu semi, panas, gugur, dan
dingin, dan mereka menamakannya tiap titik dari padanya dengan sebutan
musim yang terjadi dari padanya dalam perjalanan matahari.
Dan
ketika setiap perjalanan musim itu mempunyai satu titik tengah dan dua
titik tepi. Setiap musim dari empat (4) musim dibagi menjadi 3 bagian.
Oleh karena itu semua bagian lingkaran falak adalah 12 bagian, dan
mereka mendapatkan titik semi adalah titik yang terbaik dari empat (4)
musim sebagai permulaannya. Karena siang dimulai dari padanya dengan
tambahan setelah adanya penyesuaian kemudian matahari di dalam
perjalanannya menuju titik tengah langit bagian utara, sehingga menjadi
lebih kuat, dan sifat dari musim ini adalah sejuk yang condong kepada
panas yang menyertai mulainya tunas. Dan mereka menjadikan musim semi
itu menjadi permulaan perhitungan falak dari padanya.
Kemudian
mereka mendapatkan ciri-ciri yang mengikuti 12 bagian ini yang
dinamakan dengan zodiak (rasi) 12 gambar, dan mereka menamakan tiap-tiap
zodiak dari padanya dengan nama gambar yang mengikutinya biarpun
gambar-gambar ini kadang-kadang hilang dari tempat-tempat zodiak yang
dinamakan berdasarkan atas panjangnya masa yaitu haml, tsaur, jauza’, saroton, asad, sumbulah (rasi-rasi bagian utara) mizan, Aqrob, qous, jadyu, dalwu dan hut (rasi-rasi bagian selatan). Adapun untuk memperjelas lihat gambar dan tabel di bawah ini:
Keterangan:
A : Haml (musim bunga)
L : Mizan (musim rontok)
C : Saroton (musim panas)
Ca : Jadyu (musim dingin)
M : Matahari pada tanggal ± 1 april bergeser sepanjang lingkaran buruj (ekliptika)
A/L : Permulaan Bu’dudarojah
TABEL 1[5]
BULAN
|
BURUJ
|
LATIN
|
Januari
|
Jadyu
|
Caprocornus
|
Pebruari
|
Dalwu
|
Aquarius
|
Maret
|
Hut
|
Pisces
|
April
|
Haml
|
Aries
|
Mei
|
Tsaur
|
Taurus
|
Juni
|
Jauza’
|
Gemini
|
Juli
|
Saroton
|
Cancer
|
Agustus
|
Asad
|
Leo
|
September
|
Sumbulah
|
Virgo
|
Oktober
|
Mizan
|
Libra
|
Nopember
|
Aqrob
|
Scorpio
|
Desember
|
Qous
|
Sagitarius
|
Dan
setiap zodiak (rasi) ini mempunyai 30 bagian, dan jarak dari bagian
lingkaran langit yang jumlahnya 360, bagian-bagian ini dinamakan dengan
derajat. Dan tiap-tiap derajat dibagi menjadi 60
bagian yang dinamakan menit, dan setiap detik dibagi menjadi 60 bagian
yang disebut detik (tsawani), dan setiap detik dibagi menjadi 60 yang dinamakan tsawalis.
Dan
setelah itu berdasarkan gambaran pembagian ini sampai kepada ‘awasyir,
dan seterusnya yang menyertainya dari jenis-jenis yang berbeda. Adapun
arti perkalian adalah berlipatnya 1 dari 2 bilangan menurut satuan lain
menurut bilangan utuh. Kemudian perkalian angka utuh dengan angka utuh
adalah berlipatnya angka pecahan menurut angka utuh atau dibaginya angka
utuh menurut angka pecahan, misal 2 x ½ dari wakhid.
Adapun
perkalian pecahan dengan pecahan yaitu dengan membagi salah satu 2
pecahan sesuai yang kamu kehendaki menurut pecahan yang lain. Bahwasanya
derajat dikalikan derajat, maka tidak akan terkumpul dari perkalian,
dan apabila dikalikan dengan derajat, maka tidak akan berkumpul dari
perkalian, dan apabila dikalikan menit, maka hasilnya
menit, sedangkan detik hasilnya detik dan derajat hasilnya derajat
sampai seterusnya. Dan jika menit dikalikan detik maka hasilnya detik
dan seterusnya.
Dan
jika tsawani x tsawani, maka hasilnya rowabi’, jika tsawani x tsawalis,
maka hasilnya khowamis. Dan setiap jenisnya ini, yaitu berlaku aturan
seperti ini. Dan setiap jumlah bilangan dari suatu jenis dikalikan atau
ditambahkan bahwa jika dibagi dengan 60 maka semua pecahan akan berakhir
60, maka hasilnya akan kembali terhadap jenis di atasnya. Misal:
tsawani dibagi tsawalis sama dengan daqiqoh dan tsawalis dibagi rawabi;
sama dengan tsawani. Dan setiap bilangan dari 2 jenis atau lebih
dibutuhkan untuk dikurangi dari salah satu keduanya lebih banyak
didalamnya dari bilangan.
Adapun arti akar adalah setiap bilangan yaitu sesuatu yang dikalikan dengan semisalnya. Misal = 4 (4x4), yang mana hasilnya merupakan perkalian dari angka itu sendiri.
PENUTUP
Demikianlah
sedikit uraian yang bisa penulis sampaikan dari hasil telaah penulis
berdasarkan kitab Zij, meskipun dari keterbatasan pemahaman dan
penguasaan penulis dalam berbahasa arab, namun penulis berusaha untuk
menelaahnya sehingga menghasilkan tulisan yang mungkin dianggap kurang
sempurna. Dan dari sini, penulis meminta dan saran dan kritiknya untuk
tulisan ini dengan harapan semoga bermanfaat.
sumber : http://munfarida.blogspot.com/2010/12/al-battani-dan-telaah-kitab-al-zij.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar