Selasa, 12 November 2013

Filsafat Islam Dan Tokoh-Tokoh Aliran Filsafat Islam

Sejarah Filsafat Islam mengacu pada filosofi yang diproduksi dalam masyarakat Islam. Hal ini tidak selalu peduli dengan isu agama, bukan eksklusif dihasilkan oleh Muslim. (OliverLeaman, Routledge Encyclopedia of Philosophy filsafat Yunani yang diwarisi umat Islam awal sebagai hasil dari penaklukan ketika Alexandria, Suriah dan Jundishapur berada di bawah kekuasaan Islam, bersama dengan pra-Islam filsafat India dan filsafat Iran. Banyak perdebatan filosofis awal berpusat di sekitar mendamaikan agama dan nalar,yang terakhir dicontohkan oleh filsafat Yunani. Salah satu aspek yang menonjol dalamfilsafat Islam adalah bahwa, dalam Filsafat Islam, lebar tapi perjalanan kembali agar sesuai dengan Quran dan Sunnah.
Sebenarnya menggabungkan agama dan filsafat sangatlah rumit karena tidak ada ketentuan yang  jelas. Filsuf secara tipikal memegang bahwa seorang harus menerima kemungkinan kebenaran dari manapun sumbernya dan mengikuti perdebatan ke manapun. seorang  penganut agama klasik memiliki prinsip agama yang mereka pegang sebagai fakta dan tidak dapat ditantang. Pembahasan tentang filsafat Islam biasanya hanya seputad pada masalah dasar dalam epistemologi yaitu sumber wahyu dan akal. Sejak dahulu kala hinggaa saat ini persoalan-persoalan tentang dua sumber inilah yang terus menerus diperdebatkan hingga timbul beberapa aliran dan mazhab dalam pemikiran Islam. Namun perkembangan filsafat Islam menjadi semakin matang dan luas melalui faktor utamanya yaitu terjemahan karya-karya dari filsafat Yunani kedalam pemikiran Islam. Jika  dilihat dari sejarah, para filosof dari tradisi ini sebenarnya bisa dikatakan juga merupakan ahli waris tradisi Filsafat Barat (Yunani). Menilik sejarah  filsafat Islam dan perkembangan pemikiran Islam, Beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa perpindahan dan terjemahan filsafat Yunani ini dimulai pada zaman Khalifah Al-Abbasi Al-Makmun pada tahun 215 Hijriah. Harus kita ketahui filsafat Yunani ini mudah diterima oleh orang-orang Islam sebelum zaman Khalifah Al-Makmun, karena banyak pusat-pusat pendidikan atau Madrasah yang muncul ketika era pembukaan wilayah Islam seperti Madrasah Alexandariah. Boleh jadi saat itu  orang-orang Islam sudah mempelajari dan menerima filsafat Yunani ini di Madrasah tersebut. Kesan dari terjemahan ini menjadikan karya-karya filsuf Yunani seperti Aristoteles dan Plato semakin terkenal dan diminati.
Ada yang berpendapat  tentang sumbangan peradaban Islam terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan, berkembang sampai sekarang  ini. Pendapat  yang pertama mengatakan bahwa orang Eropa belajar filsafat dari filosof Yunani seperti Aristoteles, melalui kitab-kitab yang disalin oleh St. Agustine (354–430 M), yang kemudian diteruskan oleh Anicius Manlius Boethius (480–524 M) dan John Scotus. Pendapat kedua menyatakan bahwa orang Eropa belajar filsafat orang-orang Yunani dari buku-buku filsafat Yunani yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh filosof Islam seperti Al-Kindi dan Al-Farabi. Terhadap pendapat pertama Hoesin (1961) dengan tegas menolaknya, karena menurutnya salinan buku filsafat Aristoteles seperti Isagoge, Categories, dan Porphyry telah dimusnahkan oleh pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius, yang dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang oleh negara.  Selanjutnya dikatakan bahwa seandainya kitab-kitab terjemahan Boethius menjadi sumber perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di Eropa, maka John  Salisbury, seorang guru besar filsafat di Universitas Paris, tidak akan menyalin kembali buku Organon karangan Aristoteles dari terjemahan­terjemahan berbahasa Arab, yang telah dikerjakan oleh filosof Islam (Haerudin, 2003).
Namun perpindahan dan terjemahan filsafat Yunani ini bukan mudah untuk diterima oleh semua orang Islam. Sehingg akan  ada beberapa pendapat yang mengharuskan dan menentang terjemahan ini.
  1. Bagi kelompok yang menentang seperti Ibnu Solah berpendapat bahwa terjemahan filsafat Yunani ini akan mempengaruhi kesesatan dan penyimpangan akidah.
  2. bagi kaum jaman  pertengahan, mereka menerima dan mengambil beberapa penelitian dan kritik untuk apa yang dinilai baik maupun yang tidak baik.Golongan ini termasuk Mu’tazilah dan Al-Asya’irah. Sehingga Imam Ghazali membenarkan kepada tiga bahagian.Bahagian satu menghukumkannya sebagai kufur.Keduanya menyebut sebagai bid’ah dan Ketiga tidak bisa diingkar.
  3. Golongan yang memandang mulia dan taajub. Disinilah lahirnya anggota-anggota Filsafat Islam seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibn Rusyd.

Aliran-Aliran Filsafat Islam

Pada umumnya terdapat empat aliran-aliran besar dalam sejarah Filsafat Islam
  1. Filsafat taklidiah-Seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibn Rusyd. Mereka mengalami dan mempelajari filsafat Yunani dengan tekun dan mengambil studi beberapa karya-karya penting khususnya dari Aristoteles dan Plato serta melakukan kritik terhadap para filsuf Yunani tersebut.Ini berarti mereka tidak menjadikan filsafat Yunani sebagai sumber referensi asal tetapi menggunakan Al-quran sebagai sumber utama kemudian berusaha mencari titik pertemuan antara kedua sumber tersebut.Tetapi mereka tidak mengambil filsafat Yunani secara taklid buta bahkan memelihara konten-konten sumber utama mereka yaitu Al-quran.
  2. Imu Kalam,
  3. Ilmu Fiqh dan
  4. Ilmu Tasawwuf.
Filsafat Islam Hakekatnya bersumber dari wahyu sebagai inti dan akal sebagai pendukungnya. Aliran ini muncul menyusul dari pergolakan internal dikalangan umat Islam sendiri setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW disamping reaksi terhadap pengaruh filsafat Yunani dan peradaban asing terhadap umat Islam. Dengan perkembangan baru seperti ini timbullah berbagai perubahan terutama perubahan pemikiran yang membentuk berbagai mazhab dan aliran tertentu.
Menurut Kartanegara (2006) dalam filsafat Islam ada empat aliran yakni:
  1. Filsafat Islam Peripatetik (memutar atau berkeliling) merujuk kebiasaan Aristoteles yang selalu berjalan-jalan mengelilingi muridnya ketika mengajarkan filsafat. Ciri khas aliran ini secara metodologis atau epistimologis adalah menggunakan logika formal yang berdasarkan penalaran akal (silogisme), serta penekanan yang kuat pada daya-daya rasio. Tokoh-tokohnya yang terkenal yakni: Al Kindi (w. 866), Al Farabi (w. 950), Ibnu Sina (w. 1037), Ibn Rusyd (w. 1196), dan Nashir al Din Thusi (w.1274).
  2. Filsafat Islam Aliran Iluminasionis (Israqi). Didirikan oleh pemikir Iran, Suhrawardi Al Maqtul (w. 1191). Aliran ini memberikan tempat yang penting bagi metode intuitif (irfani). Menurutnya dunia ini terdiri dari cahaya dan kegelapan. Baginya Tuhan adalah cahaya sebagai satu-satunya realitas sejati (nur al anwar), cahaya di atas cahaya.
  3. Filsafat Islam, Aliran Irfani (Tasawuf). Tasawuf bertumpu pada pengalaman mistis yang bersifat supra-rasional. Jika pengenalan rasional bertumpu pada akal maka pengenalan sufistik bertumpu pada hati. Tokoh yang terkenal adalah Jalaluddin Rumi dan Ibn Arabi.
  4. Filsafat Islam, Aliran Hikmah Muta’aliyyah (Teosofi Transeden). Diwakili oleh seorang filosof syi’ah yakni Muhammad Ibn Ibrahim Yahya Qawami yang dikenal dengan nama Shadr al Din al Syirazi, Atau yang dikenal dengan Mulla Shadra yaitu seorang filosof yang berhasil mensintesiskan ketiga aliran di atas.
Dalam pandangan Filsafat Islam, fenomena alam tidaklah berdiri tanpa ada hubungan dan kekuasaan ilahi. Mempelajari alam berarti akan mempelajari  ciptaannya. Dengan demikian penelitian alam semesta (jejak-jejak ilahi) akan mendorong kita untuk mengenal ilahi dan semakin mempertebal keyakinan terhadapnya. Fenomena alam bukanlah realitas-realitas independen melainkan tanda-tanda Allah SWT. Fenomena alam adalah ayat-ayat yang bersifat qauniyyah, sedangkan kitab suci ayat-ayat yang besifat qauliyah. Oleh sebab  itu ilmu-ilmu agama dan umum menempati posisi yang mulia sebagai obyek ilmu.

Tokoh-Tokoh Filsafat Islam Zaman Kejayaan Islam

Islam tidak hanya mendukung adanya kebebasan intelektual, tetapi juga membuktikan kecintaan umat Islam terhadap ilmu pengetahuan dan sikap hormat mereka kepada ilmuwan, tanpa memandang agama mereka. Periode antara 750 M dan 1100 M adalah abad masa keemasan dunia Islam. Plato dan Aristoteles telah memberikan pengaruh yang besar pada mazhab-mazhab Islam, khususnya mazhab Peripatetik.
  1. Al Farabi sangat berjasa dalam mengenalkan dan mengembangkan cara berpikir logis (logika) kepada dunia Islam. Berbagai karangan Aristoteles  seperti Categories, Hermeneutics, First, dan Second Analysis telah diterjemahkan Al Farabi ke dalam bahasa Arab. Al Farabi telah membicarakan berbagai sistem logika dan cara berpikir deduktif maupun induktif. Di samping itu beliau dianggap sebagai peletak dasar pertama ilmu musik dan menyempurnakan ilmu musik yang telah dikembangkan sebelumnya oleh Phytagoras. Oleh karena jasanya ini, maka Al Farabi diberi gelar Guru Kedua, sedang gelar Guru Pertama diberikan kepada Aristoteles.Kontribusi lain dari Al Farabi yang dianggap cukup bernilai adalah usahanya mengklasifikasi ilmu pengetahuan. Al Farabi telah memberikan defenisi dan batasan setiap ilmu pengetahuan yang berkembang pada zamannya. Al Farabi mengklasifikasi ilmu ke dalam tujuh cabang yaitu: logika, percakapan, matematika, fisika, metafisika, politik, dan ilmu fiqih (hukum).
  2. Ibnu Sina dikenal di Barat dengan sebutan Avicienna. Selain sebagai seorang filosof, ia dikenal sebagai seorang dokter dan penyair. Ilmu pengetahuan yang ditulisnya banyak ditulis dalam bentuk syair. Bukunya yang termasyhur Canon, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona di Toledo. Buku ini kemudian menjadi buku teks (text book) dalam ilmu kedokteran yang diajarkan pada beberapa perguruan tinggi di Eropa, seperti Universitas Louvain dan Montpelier. Dalam kitab Canon, Ibnu Sina telah menekankan betapa pentingnya penelitian eksperimental untuk menentukan khasiat suatu obat. Ibnu Sina menyatakan bahwa daya sembuh suatu jenis obat sangat tergantung pada ketepatan dosis dan ketepatan waktu pemberian. Pemberian obat hendaknya disesuaikan dengan kekuatan penyakit.Kitab lainnya berjudul Al Shifa diterjemahkan oleh Ibnu Daud (di Barat dikenal dengan nama Avendauth Ben Daud) di Toledo. Oleh karena Al Shifa sangat tebal, maka bagian yang diterjemahkan oleh Ibnu Daud terbatas pada pendahuluan ilmu logika, fisika, dan  De Anima. Ibnu Sina membagi filsafat atas bagian yang bersifat teoretis dan bagian yang bersifat praktis. Bagian yang bersifat teoretis meliputi: matematika, fisika, dan metafisika, sedang bagian yang bersifat praktis meliputi: politik dan etika.Ibnu Sina, mengatakan alam pada dasarnya adalah potensi (mumkin al wujud) dan tidak mungkin bisa mengadakan dirinya sendiri tanpa adanya Tuhan. Ibnu Sina mengelompokkan ilmu dalam tiga macam yakni (1) obyek-obyek yang secara niscaya tidak berkaitan dengan materi dan gerak (metafisik), (2) obyek-obyek yang senantiasa berkaitan dengan materi dan gerak (fisika), (3) obyek-obyek yang pada dirinya immateriel tetapi kadang melakukan kontak dengan materi dan gerak (matematika). Dalam bidang ilmu farmakologi dan medis dikenal karya Ibnu Sina yakni Al Qanun fi al Thibb dan Al Hawi oleh Abu Bakr Al Razi, bidang nutrisi dikenal karya Ibn Bathar yakni Al Jami Li Mufradat Al Adawiyyah wa Al Aghdziyah, di bidang zoologi dikenal karya Al Jahizh yang berjudul Al Hayawan dan Hayat Al Hayawan oleh Al Damiri. Di Andalusia terkenal seorang ahli bedah muslim, Ibn Zahrawi yang telah mencitakan ratusan alat bedah yang sudah sangat maju untuk ukuran zamannya.
  3. Ibn Khaldun dalam kitabnya Al Muqaddimah membagi metafisika dalam lima bagian. Bagian pertama berbicara tentang hakikat  wujud (ontologi). Dari sini muncul dua aliran besar yakni eksistensialis (tokoh yang terkemuka adalah Ibnu Sina dan Mhulla Shadra) dan esensialis (tokoh yang terkemuka adalah Syaikh Al Israq, Suhrawardi). Berikutnya Ibn Khaldun membagi ilmu matematika ke dalam empat subdivisi yakni (1) geometri; trigonometrik dan kerucut, surveying tanah, dan optik. Sarjana muslim terutama Ibn Haitsam telah banyak mempengaruhi sarjana barat termasuk Roger Bacon, Vitello dan Kepler (2)Aritmetika; seni berhitung/hisab, aljabar, aritmatika bisnis dan faraid (hukum waris), (3) musik, (4) astronomi.
  4. Albiruni, dikenal dalam bidang ilmu mineral, dikenal karya Al Biruni yang berjudul Al Jawahir (batu-batu permata), selain itu pada abad ke-11 Al Biruni dikenal sebagai The master of observation di bidang geologi dan geografi karena Al Biruni berusaha mengukur keliling bumi melalui metode eksperimen dengan menggabungkan metode observasi dan teori trigonometri. Akhirnya ia sampai pada kesimpulan bahwa keliling bumi adalah 24.778,5 mil dengan diameter 7.878 mil. Tentu saja ini merupakan penemuan luar biasa untuk masa itu, dengan ukuran modern saja yaitu  24.585 mil (selisih ± 139 mil) dengan diameter 7.902 mil.
  5. Al Kindi, filosof Arab pertama yang mempelajari filsafat. Ibnu Al Nadhim mendudukkan Al Kindi sebagai salah satu orang termasyhur dalam filsafat alam (natural philosophy). Buku-buku Al-Kindi membahas mengenai berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti geometri, aritmatika, astronomi, musik, logika dan filsafat. Ibnu Abi Usai’bia menganggap Al-Kindi sebagai penerjemah terbaik kitab-kitab ilmu kedokteran dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Di samping sebagai penerjemah, Al Kindi menulis juga berbagai makalah. Ibnu Al Nadhim memperkirakan ada 200 judul makalah yang ditulis Al Kindi dan sebagian di antaranya tidak dapat dijumpai lagi, karena raib entah kemana. Nama Al Kindi sangat masyhur di Eropa pada abad pertengahan. Bukunya yang telah disalin ke dalam bahasa Latin di Eropa berjudul De Aspectibus berisi uraian tentang geometri dan ilmu optik, mengacu pada pendapat Euclides, Heron, dan Ptolemeus. Salah satu orang yang sangat kagum pada berbagai tulisannya adalag filosof kenamaan Roger Bacon.
  6. Ibnu Rushd yang lahir dan dibesarkan di Cordova, Spanyol, meskipun seorang dokter dan telah mengarang buku ilmu kedokteran berjudul Colliget, yang dianggap setara dengan kitab Canon karangan Ibnu Sina, lebih dikenal sebagai seorang filosof. Ibnu Rushd telah menyusun 3 komentar mengenai Aristoteles, yaitu: komentar besar, komentar menengah, dan komentar kecil. Ketiga komentar tersebut dapat dijumpai dalam tiga bahasa: Arab, Latin, dan Yahudi. Dalam komentar besar, Ibnu Rushd menuliskan setiap kata dalam Stagirite karya Aristoteles dengan bahasa Arab dan memberikan komentar pada bagian akhir. Dalam komentar menengah ia masih menyebut-nyebut Aritoteles sebagai Magister Digit, sedang pada komentar kecil filsafat yang diulas murni pandangan Ibnu Rushd.Pandangan Ibnu Rushd yang menyatakan bahwa jalan filsafat merupakan jalan terbaik untuk mencapai kebenaran sejati dibanding jalan yang ditempuh oleh ahli agama, telah memancing kemarahan pemuka­pemuka agama, sehingga mereka meminta kepada khalifah yang memerintah di Spanyol untuk menyatakan Ibnu Rushd sebagai atheis. Sebenarnya apa yang dikemukakan oleh Ibnu Rushd sudah dikemukakan pula oleh Al Kindi dalam bukunya Falsafah El Ula (First Philosophy). Al Kindi menyatakan bahwa kaum fakih tidak dapat menjelaskan kebenaran dengan sempurna, oleh karena pengetahuan mereka yang tipis dan kurang bernilai (Haeruddin, 2003).
Tokoh Filsafat Islam Kontemporer
Tradisi Filsafat Islam masih sangat banyak hidup saat ini, meskipun keyakinan di kalangan Barat banyak tradisi ini berhenti setelah masa keemasan.
Dalam Lahan Islam kontemporer, ajaran hikmat atau hikmah berkembang terus.
  1. Ayatullah Ruhullah Khomeini, pendiri Rebublic Islam Iran, adalah seorang guru terkenal dari sekolah filsafat Hikmat-ul-Mutaliya. Sebelum kemenangan Revolusi Islam, ia adalah salah satu dari sedikit orang yang secara resmi mengajar filsafat di Seminari Agama di Qum.
    Iran علامه طباطبائى atau Allameh Tabatabaei, penulis sejumlah karya termasuk komentar dua puluh tujuh jilid Quran Al-Mizan (الميزان),
  2. Buya Hamka atau Haji Abdul Malik Karim Amirullah adalah seorang penulis terkemuka Indonesia, politisi ulama, pemikir filosofis, dan penulis Tafir Al Azhar. Dia adalah Ketua majelis Ulama Indonesia (MUI). Beliau mengundurkan diri ketika fatwanya kepada kaum  Muslimin untuk tidak merayakan Natal  dikutuk oleh rezim Suharto. Buya Hamka tidak  hanya sebagai seorang sarjana dan penulis di negaranya, tapi ia juga sangat dihargai di Malaysia dan Singapura.
  3. Murtaza Muthahhari, mahasiswa terbaik dari Allamah Tabatabai, seorang martir dari Revolusi Islam Iran, dan penulis sejumlah buku (sebuah kompilasi lengkap dari karya-karyanya terdiri dari 25 volume). Dia, seperti Allamah Tabatabai nya guru dan Ayatullah Khomeini, termasuk sekolah-sekolah filosofis Hikmat-ul-Mutaliya
    Sayyid Abul Ala Maududi, yang dikreditkan dengan menciptakan pemikiran politik modern Islam di abad ke-20, adalah pendiri dari “Jamaah e Islami” dan menghabiskan hidupnya dalam upaya untuk menghidupkan kembali Tradisi Intelektual Islam.
  4. DR. Israr Ahmed, (April 26, 1932 – April 14, 2010) adalah seorang teolog Islam Pakistan diikuti khususnya di Asia Selatan dan juga di antara diaspora Asia Selatan di Timur Tengah, Eropa Barat, dan Amerika Utara Lahir. di Hissar, (sekarang  Haryana) di India, putra kedua dari seorang pegawai pemerintah, dia adalah pendiri Tanzeem-e-Islami, dan jebolan dari amaat-e-Islami.A great Scholar of Islam and Quran.
  5. Muhammad Hamidullah (9 Februari 1908 – 17 Desember 2002) adalah  keluarga sarjana, ahli hukum, penulis, dan sufi. Dia adalah seorang sarjana terkenal di dunia Islam dan Hukum Internasional dari India, yang dikenal untuk kontribusi untuk penelitian tentang sejarah Hadis, terjemahan Alquran, kemajuan pembelajaran Islam, dan penyebaran ajaran Islam di Barat dunia.
    Fazlur Rahman adalah seorang profesor pemikiran Islam di University of Chicago
  6. Wahid Hasyim Indonesia pertama menteri urusan agama. Mantan Ketua Nahdatul  Ulama Indonesia  dan Universitas Islam  di Indonesia.  ide yang dikenal adalah reformasi kurikulum Madrasah.
  7. Seyyed Hossein Nasr.
  8. Imran Nazar Hosein Author of Jerusalem in the Quran
  9. Javed Ahmad Ghamidi adalah seorang sarjana terkenal Islam Pakistan, Ahli tafsir, dan pendidik.
Dalam studi terbaru oleh para pemikir kontemporer muslim yang bertujuan”memperbarui dorongan pemikiran Dalam studi terbaru  oleh para pemikir kontemporer muslim yang bertujuan”memperbarui dorongan pemikiran filsafat dalam Islam”, Nader El-Bizri menawarkan analisis kritis terhadap konvensi metodologi dan historiografi yang mendominasipendekatan akademik dan epistemis utama dalam mempelajari ‘filsafat Islam’ dari ‘arsip’sudut pandang, dalam Studi Oriental dan Mediaevalist, yang gagal mengakui kenyataan bahwa ‘filsafat dalam Islam‘ masih bisa menjadi tradisi intelektual yang hidup, dan bahwapembaruan memerlukan reformasi radikal dalam ontologi dan epistemologi dalam pemikiran Islam”, Nader El-Bizri menawarkan analisis kritis terhadap konvensi metodologi dan historiografi yang mendominasi pendekatan akademik dan epistemis utama dalam mempelajari Dalam studi terbaru oleh para pemikir kontemporer muslim yang bertujuan”memperbarui dorongan pemikiran filsafat dalam Islam”, Nader El-Bizri menawarkan analisis kritis terhadap konvensi metodologi dan historiografi yang mendominasipendekatan akademik dan epistemis utama dalam mempelajari ‘filsafat Islam’ dari ‘arsip’sudut pandang, dalam Studi Oriental dan Mediaevalist, yang gagal mengakui kenyataan bahwa ‘filsafat dalam Islam’ masih bisa menjadi tradisi intelektual yang hidup, dan bahwa pembaruan memerlukan reformasi radikal dalam ontologi dan epistemologi dalam pemikiran Filsafat Islam.

3 komentar:

  1. Bagus kak artikelnya, izin repost kak :)

    BalasHapus
  2. Aswrwb Subhanalloh wal Hamdullilah , bagi kami yg awam terbuka bahwa Islam itu menuju kejayaan Dunia n Akhirat kalau kita pelajari dan melaksanakannya secara sungguh2 bukti sejarah buku2 tulisan belau2 itu menjadi pemula dan pengarah ilmu pengetahuan modern ini. Ya contohnya internet , komputer dll jempol , tulisan singkat tapi jelas ws waskito

    BalasHapus