Sebenarnya menggabungkan agama dan filsafat sangatlah rumit karena tidak ada
ketentuan yang jelas. Filsuf secara tipikal memegang bahwa seorang harus
menerima kemungkinan kebenaran dari manapun sumbernya dan mengikuti perdebatan
ke manapun. seorang penganut agama klasik memiliki prinsip agama yang
mereka pegang sebagai fakta dan tidak dapat ditantang. Pembahasan tentang
filsafat Islam biasanya hanya seputad pada masalah dasar dalam epistemologi
yaitu sumber wahyu dan akal. Sejak dahulu kala hinggaa saat ini
persoalan-persoalan tentang dua sumber inilah yang terus menerus diperdebatkan
hingga timbul beberapa aliran dan mazhab dalam pemikiran Islam. Namun
perkembangan filsafat Islam menjadi semakin matang dan luas melalui faktor
utamanya yaitu terjemahan karya-karya dari filsafat Yunani kedalam pemikiran
***** بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ *****
Selasa, 12 November 2013
Filsafat Islam Dan Tokoh-Tokoh Aliran Filsafat Islam
Sejarah Filsafat
Islam
mengacu pada filosofi yang diproduksi dalam
masyarakat Islam. Hal ini tidak selalu peduli dengan isu agama, bukan eksklusif
dihasilkan oleh Muslim. (OliverLeaman, Routledge Encyclopedia of Philosophy
filsafat Yunani yang diwarisi umat Islam awal sebagai hasil dari penaklukan
ketika Alexandria, Suriah dan Jundishapur berada di bawah kekuasaan Islam,
bersama dengan pra-Islam filsafat India dan filsafat Iran. Banyak perdebatan
filosofis awal berpusat di sekitar mendamaikan agama dan nalar,yang terakhir
dicontohkan oleh filsafat Yunani. Salah satu aspek yang menonjol dalamfilsafat
Islam adalah bahwa, dalam Filsafat
Islam, lebar tapi perjalanan kembali agar sesuai dengan Quran dan Sunnah.
Kamis, 04 Juli 2013
Martabat, Makrifat, dan Asma Allah
Ditulis oleh Dewan Asatidz |
Tanya: Yang terhormat Bapak Ustadz: Saya ingin menanyakan dalil kedudukan tasawuf dalam Islam, karena teman saya sering berbicara tentang isi ajaran tersebut. Di antara yang ingin saya tanyakan:
Jawab:
Tasawuf ialah bentuk kebajikan spiritual dalam Islam yang dikemas
dengan filsafat, pemikiran, ilmu pengetahuan dan disiplin
kerohanian tertentu berdasarkan syariat Islam. Jalan-jalan
kerohanian dalam ilmu tasawuf dikembangkan dengan tujuan membawa
seorang sufi menuju pencerahan batin atau persatuan rahasia
dengan Yang Satu. Jadi tasawuf sebenarnya adalah metode yang
dianut dan diyakini oleh kelompok yang bernama "Sufi" dalam
memahami, menjalankan dan penelusuran rohani dari agama Islam.
Maka, tasawuf pada hakekatnya bukanlah suatu ibadah atau hukum
yang mempunyai dalil dalam struktur agama Islam. Tasawuf lebih
merupakan cara memahami dan menghayati agama, sebagaimana cara
dan metode yang dilakukan oleh kelompok
|
Kamis, 20 Desember 2012
Konsep Ketuhanan
Pengetahuan tentang Tuhan dan kesetiaan terhadap aturan-aturan-Nya merupakan dasar bagi tiap agama, baik agama langit atau pun bumi . Namun kesadaran manusia akan eksistensinya menggiring ia untuk melihat bahwa eksistensinya dipengaruhi oleh tiga sifat; faktisitas, transendensi dan kebutuhan untuk mengerti. Faktisitas berarti, bahwa eksistentsi selalu Nampak di depan kesadaran manusia sebagai sesuatu yang sudah ada. Sedangkan yang dimaksud dengan transendensi pada eksistensi manusia merupakan sifat yang nampak secara langsung dalam kesadaran manusia bahwa ia manusia, bukan hanya sekedar tubuh yang nampak dalam ruang dan waktu bersama “ada” yang lain, namun manusia adalah makhluk yang dapat melampaui dirinya melebihi dari batas ruang dan waktu dalam kesadarannya. Keberadaan kebutuhan untuk mengerti merupakan modus yang paling jelas dari transendensi kesadaran manusia. Termasuk dalam kesadaran ini adalah bahwa manusia selalu terdorong untuk selalu mempertanyakan hakikat dirinya dan dunianya. Karena hal inilah kemudian menimbulkan suatu pertanyaan mengenai dari mana ia dan dunianya berasal. Dalam filsafat ketuhanan, pertanyaan ini akan bermuara pada wilayah mengenai eksistensi Tuhan. Persoalan mengenai eksistensi Tuhan walau kadang suka melingkar pada pengulangan kata “ada dan tiada” namun dpat diterangkan dengan beberapa argumentasi, yakni: argumentasi ontology, teologi dan kosmologi. Pendekatan ontology lebih bersifat apriori, yang mencakup tentang pengetahuan mistik dan kesadaran manusia, sedangkan argumentasi teologi dan kosmologi merupakan argumentasi yang bersifat aposteriori.
Setiap yang “ada” memiliki eksistensinya, dan yang bereksistensi pasti memiliki sebab keberadaannya dalam mengada untuk sebuah “ada” dari eksistensinya. Oleh karena hal itu,
Langganan:
Postingan (Atom)